FH UNS –Pada hari Rabu, 12 Februari 2025 bertempat di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS, telah diselenggarakan pengukuhan guru besar Prof. Dr. Rahayu Subekti, S.H., M.Hum., CLA. sebagai guru besar hukum tata guna tanah fakultas hukum UNS, dengan menyampaikan pidato inaugurasi yang berjudul “Land Use Planning untuk Mewujudkan Green City: Strategi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan”.
Prof. Rahayu menyampaikan latar belakang dari pidato bahwa peneliti Pusris iklim dan atmosfer menyatakan pemanasan global dapat meningkat hingga lebih dari 1,5°Celcius. Dampak konkret yakni terjadinya kebakaran hutan di Amerika Serikat pada 7 Januari tahun 2025, KLHK menyatakan deforestasi Indonesia periode 2021-2022 sebesar 104.000 hektar. Undang-undang penataan ruang mengatur proporsi RTH di setiap kota paling sedikit 30% dari luas wilayah sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dan pencapaian 0 emisi karbon namun implementasinya belum terlihat secara signifikan dikarenakan urbanisasi yang padat. BPS memperkirakan akan tinggal di perkotaan pada tahun 2045 sekitar 220 juta penduduk. Hal ini akan menciptakan tata ruang yang buruk, dibuktikan dengan banyaknya kota yang belum memenuhi ketentuan 30% seperti Semarang, Jakarta, dan Surabaya.
Green City dibangun dengan tetap menjaga keseimbangan manusia, lingkungan beserta sarana prasarana. Implementasi prinsip dilaksanakan dengan menggunakan 8 atribut terdiri dari green planning and design, green open space, green community, green waste, green transportation, dan green water & green energi. Pengimplementasian land use planing di Indonesia yakni ruang terbuka hijau, Oleh karena itu regulasi terkait zonasi RTH pada dasarnya menjadi instrumen penting, merujuk pada lokasi lahan yang diatur secara khusus untuk berbagai keperluan seperti konservasi, rekreasi, dan pelestarian ekosistem. Namun peraturan terkait zonasi belum terlalu banyak di wilayah kabupaten kota sehingga penerapannya belum optimal. Dengan studi komparasi Singapura menerapkan concept plan dalam perencanaan wilayah jangka panjang dan strategi pembangunan yang dikoordinasikan dengan Urban Redevelopment Authority. Amerika Serikat menggunakan zonasi sebagai alat pengendalian pembangunan di setiap negara bagian dengan mengadopsi The Standard State Zoning Enabling Act in the 1922 kecuali Houston. Strategi pendekatan yang dapat diimplementasikan dalam jangka waktu 5 tahun kedepan yakni pengembangan Urban Forest, konservasi kawasan hutan kota, pengembangan green corridor, penghijauan jalur pedestrian dan median jalan, pengembangan green roof dan green wall. Adapun tantangan yang harus dihadapi yakni keterbatasan lahan di kawasan perkotaan, tekanan pertumbuhan ekonomi, dan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan.
Masuk dalam sesi penutup pidato Prof Rahayu menyimpulkan bahwasanya fakta di lapangan ketersediaan RTH di Indonesia belum memenuhi standar minimum yang diatur oleh undang-undang, lembaga yang mengatur tata ruang belum terintegrasi dengan baik, serta masih banyaknya masyarakat yang belum terlibat di dalam perencanaan tata ruang. dari Prof. Rahayu memberikan rekomendasi atas pemaparan pidato beliau dalam mewujudkan prinsip ini melalui instrumen land use planning di Indonesia yang meliputi: pemerintah daerah diwajibkan untuk menerbitkan Perda tentang RTH, yang difokuskan untuk pembangunan pedestrian, green roofs, ataupun urban farming; pembentukan divisi khusus di Kementerian PUPR untuk bekerja sama dengan Kementerian ATR-BPR; masyarakat harus memiliki kesadaran untuk melestarikan lingkungan sekitar dan menyediakan lahan sebagai RTH melalui pemanfaatan taman di depan rumah.
Humas – FH UNS
