Kelompok Studi dan Penelitian “Principium” FH UNS Gelar Focus Group Discussion Program Penguatan Kapasitas Ormawa di Desa Delanggu

Desa Delanggu, Klaten yang terkenal akan komoditas berasnya, ternyata juga menyimpan potensi
wisata budaya agraris di dalamnya. Salah satu merek beras Delanggu yang terkenal di Indonesia
adalah Beras Rojolele. Tidak hanya menghasilkan beras yang berkualitas tinggi, namun Rojolele
juga memiliki sejarah panjang menarik yang dapat dikembangkan menjadi wisata agraris. Identitas
lokal Rojolele ternyata menyimpan genealogi yang belum terungkap. Penamaan Rojolele
misalnya, predikat ini tidak terlepas dari relasi sejarah yang dimulai dari era Pakubuwono II (1745
M). Penamaan “Rojolele” berasal dari kata Rojo dan Thole-thole yang berarti raja dan anak laki
laki yang menanam padi bersama. Tak hanya itu, ternyata beras Rojolele merupakan beras yang
dikonsumsi sehari-hari oleh bangsawan kerajaan.

Atas sejarah itulah, terbentuk Sanggar Rojolele yang berisikan himpunan masyarakat yang
bertujuan untuk melestarikan dan mengenalkan budaya agraris Rojolele kepada khalayak ramai.
Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan Festival Mbok Sri sejak 2017 dan berlangsung setiap
satu tahun sekali yang di dalamnya banyak terdapat pertunjukan budaya Rojolele. Namun, Festival
Mbok Sri yang hanya terlaksana setahun sekali, membuat proses pengenalan budaya agraris di
Rojolele menjadi kurang maksimal. Untuk itu, tim pelaksana PPK Ormawa KSP Principium 2024
yang diketuai oleh Rio Dwi Prasetiya bermitra dengan Sanggar Rojolele dan Mitra Pentahelix
lainnya, bekerja sama membuat Omah Rojolele yang diharapkan dapat menjadi wadah
pengembangan dan penyebarluasan budaya agraris yang telah dimiliki oleh Rojolele.

Pada hari Kamis, 11 Juli 2024 Tim PPK Ormawa KSP “Principium” melaksanakan kegiatan Focus
Group Discussion (FGD) di Taman Kehati Klaten yang difasilitasi oleh PT Tirta Investama selaku
mitra Bisnis. FGD yang berlangsung ini dihadiri oleh sejumlah mitra pentahelix, yaitu Badan
Perencanaan dan Pengembangan Daerah Klaten, Dinas Pertanian Klaten, Dewan Kesenian Klaten,
Keraton Kasunanan Surakarta, Aroma Rasa, PT. Tirta Investama, serta perwakilan dari Perguruan
Tinggi UNS yang bertujuan untuk mendiskusikan program kerja pelaksanaan pembangunan Omah
Rojolele sebagai wadah budaya agraris Desa Delanggu.

Pelaksanaan kegiatan FGD ini dibuka dengan sambutan dari Nabila Salma sebagai perwakilan
Ormawa KSP Principium, Pak Rama sebagai perwakilan Perguruan Tinggi UNS, serta Pak
Maryana sebagai perwakilan Kepala Desa Delanggu. “Terima kasih banyak kepada para pihak
yang terlibat dan Mitra Pentahelix. Nantinya FGD ini akan membahas program yang bertujuan
untuk memberikan feedback guna pelaksanaan pembangunan Omah Rojolele nantinya” jelas
Nabila dalam sambutannya. “PT. Tirta Investama kedua kali berpartisipasi untuk sanggar rojolele.
Kelompok Petani sangat antusias dengan adanya Omah Rojolele yang membuat kehidupan
perekonomian petani sejahtera,” tutur Pak Maryono yang menyampaikan antusiasme para petani
dengan rencana pembangunan Omah Rojolele.

Memasuki acara inti, Rio Dwi Prasetiya selaku Ketua Tim Pelaksana PPK Ormawa KSP
“Principium” memaparkan materi mengenai rencana program pembangunan Omah Rojolele.
“Omah Rojolele memiliki sejarah yang kental sejak kepemimpinan Pakubuwono II. Pada Tahun
2016 dirintis Sanggar Rojolele yang bertujuan agar kebudayaan Rojolele tetap eksis. Dengan
adanya festival Mbok Sri Mulih membuat desa delanggu semakin dikenal,” ujar Rio dalam
pembukaan pemaparannya. Rio juga menjelaskan bahwa program kerja Tim PPK Ormawa KSP
“Principium” nantinya tidak hanya pembangunan Omah Rojolele, namun juga pembuatan website,
serta paket wisata budaya yang mana tidak hanya berbentuk secara fisik tetapi juga virtual guna
menyasar masyarakat luas.

Menyikapi pemaparan yang dilakukan oleh Rio, terdapat beberapa tanggapan yang disampaikan
pada sesi diskusi antar Mitra Pentahelix dan Tim Pelaksana. “Paket wisata merupakan program
yang sangat bagus untuk ditawarkan ke wisatawan,” ungkap perwakilan Bappeda. Selain itu,
Bapak Budi Santoso selaku perwakilan Dinas Pertanian juga menyampaikan tanggapannya, yaitu
bahwa pengembangan kepemilikan lahan pertanian indonesia sangat rendah, hanya 0,8 persen.
Maka dari itu diperlukan pengembangan dengan adanya salah satu Omah Rojolele. Diharapkan
Tim Pelaksana dapat memberikan support melalui Omah Rojolele, yaitu penampilan atau
penjelasan mengenai empat kuadran pembentukan kelompok tani di dalam Omah Rojolele dengan
mengisi nilai-nilai murni budaya jawa seperti kejawen atau islam dari para petani.

Pada diskusi lebih lanjut, Dewan Kesenian Klaten menyampaikan apresiasi kepada Sanggar
Rojolele yang telah mengadakan kegiatan dan memberikan dukungan untuk program inovasi untuk
pengembangan pangan di Delanggu, khususnya dengan produk beras Rojolele. Dewan Kesenian
Klaten juga menyampaikan harapannya bahwa dengan adanya kerjasama kesenian antara Omah
Rojolele dengan Dewan Kesenian Klaten budaya turun temurun ini dapat dikenal wisatawan luar
saat berkunjung ke Omah Rojolele. Pemaparan Dewan Kesenian Klaten ditutup dengan motto
budaya, Nguripke (menghidupkan semua cabang seni), Ngurubke (melestarikan dengan nguri-uri
cabang seni) serta Ngirapke (mementaskan cabang seni) untuk dapat dinikmati masyarakat.
Harapannya, kerja sama Omah Rojolele dengan Dewan Kesenian Klaten dan dibantu dengan mitra
lain dapat menghidupkan kembali budaya asli pada sejarah beras Rojolele dan melestarikan
budaya dengan bentuk pementasan seni yang dikolaborasikan dengan Dewan Kesenian Klaten.

Tidak hanya pemaparan oleh Dewan Kesenian Klaten yang siap berkolaborasi dengan seni dan
budaya, Keraton Kasunanan sebagai hulu sejarah beras Rojolele juga memberikan masukan dan
sarannya yang disampaikan oleh Bapak Bambang Manumayoso sebagai perwakilan dari Keraton
Kasunanan Surakarta. Pak Bambang mengarahkan mengenai filosofi dari beras Rojolele, yaitu
makanan para raja. Produk beras Rojolele juga harus dirancang untuk memberikan profit bagi
petani dari hadirnya Rojolele. Upaya ini juga didukung oleh promotion/promosi marketing yang
dipadukan dengan sejarah dari beras Rojolele yang dikemas agar milenial dapat mengetahui
sejarah yang ada dari beras Rojolele. Filosofi mengenai hubungan petinggi dan anak-anaknya yang
saling menolong dan menghormati, dapat menjadi paduan sejarah dengan nilai moral baik untuk
generasi milenial maupun masyarakat Indonesia. Harapan yang disampaikan oleh Pak Bambang,
adalah Gen Z yang hidup di zaman serba praktis ini, dapat mengetahui bagaimana peralatan
tradisional yang digunakan oleh petani untuk memproduksi beras yang menjadi makanan pokok
masyarakat Indonesia. Branding visual yang dihadirkan dapat berupa barcode yang terintegrasi
dengan website Omah Rojolele untuk mewujudkan value creation budaya Omah Rojolele.

Bapak Sigit sebagai pemilik dari Aroma Rasa Klaten memberikan masukan terkait Pembangunan
dan Branding dari Omah Rojolele dengan ide kolaborasi antara Aroma Rasa dengan Omah
Rojolele dalam sektor kuliner dengan menghadirkan sebuah konsep fine dining setiap dua minggu
sekali dengan kapasitas 20 orang untuk mencoba kuliner dari aroma rasa yang berkolaborasi
dengan beras Rojolele. Adanya fine dining ini diharapkan dapat menyampaikan sejarah dari
Rojolele melalui program kuliner yang dapat menarik minat masyarakat untuk datang dan
mengetahui histori dari beras Rojolele yang dihidangkan dalam fine dining tersebut. Harapannya
hal ini dapat menyokong sejarah dari Rojolele selain dari barcode yang harus discan di Omah
Rojolele untuk mengetahui sejarah dan penjelasan setiap displaynya. Aroma Rasa siap
berkolaborasi bersama Rojolele yang gunanya dapat meningkatkan eksistensi dari Omah Rojolele
dan sejarah yang dibawakan di dalamnya. Bapak Sigit juga berharap kepada sosial media Sanggar
Rojolele, khususnya instagram dapat dihidupkan kembali guna mempromosikan baik budaya
maupun kolaborasi dengan mitra pentahelix seperti Aroma Rasa.

Terakhir, PT. Tirta Investama yang diwakili oleh Bapak Rama Zakaria berharap nantinya Omah
Rojolele dapat menghasilkan gagasan cemerlang sehingga bisa mengemas budaya agraris yang
ditawarkan oleh sejarah beras Rojolele untuk dapat dikenal masyarakat luas. “Omah Rojolele tidak
hanya sebuah bangunan, tetapi ada nilai historisnya dalam Desa Delanggu,” tutup Bapak
Rustamaji dalam sesi diskusi FGD mengenai Omah Rojolele bersama Mitra Pentahelix.
Sehubungan dengan selesainya sesi FGD tersebut, maka dimulailah awal kerjasama antara Tim
Pelaksana PPK Ormawa KSP “Principium” dengan para mitra terkait yang diharapkan dapat
menghasilkan output yang diharapkan.

Tim PPK Ormawa KSP “Principium” mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang hadir
dalam FGD, yakni Keraton Kasunanan Surakarta, Direktur Reputasi Akademik dan
Kemahasiswaan serta Bina Desa Center Universitas Sebelas Maret (UNS), PT. Tirta Investama
Klaten, Sanggar Rojolele, Kelompok Tani Desa Delanggu, Karang Taruna Desa Delanggu,
Perangkat Desa Delanggu, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Bappedalitbang Kabupaten Klaten,
Dewan Kesenian Klaten, BUMDes Ponggok, Pusur Institute, Aroma Rasa Klaten, Multi
Stakeholder Forum, yang turut mensukseskan acara ini. Pihak-pihak tersebut menyampaikan akan
terus memberikan dukungan dalam keberjalanan program ini.


Leave a Reply