Festival Mbok Sri #7: Suksesnya Launching Omah Rojolele oleh PPK Ormawa KSP “Principium” UNS

Delanggu, Klaten – Festival tahunan yang paling dinantikan oleh masyarakat agraris, Festival Mbok Sri, kembali digelar untuk kali ke tujuh di Desa Delanggu, Klaten, pada 29 September 2024. Festival Mbok Sri digagas untuk mengangkat isu pertanian di Delanggu. “Mandiri Sayekti Murakabi” digunakan pada FMS ke tujuh di tahun ini, berasal dari bahasa Jawa yang artinya “mandiri menghidupi” sebagai harapan menuju ketahanan pangan nasional.

Dibuka dengan Kirab Festival Mbok Sri yang selanjutnya diikuti dengan Tradisi Wiwitan di lahan pertanian, ada pula Pertunjukan Seni Tari Budaya dan Pertunjukan Jantur yang diiringi musik Lesung di Omah Rojolele. Kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat. Festival Mbok Sri #7 menampilkan serangkaian acara menarik yang menggabungkan seni, budaya, dan pertanian.

Festival Mbok Sri didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Sebelas Maret (UNS), Bina Desa Center, Badan Perencanaan Penelitian Riset dan Inovasi (Bapperida) Klaten, Disporapar Klaten, Dewan Kesenian Klaten, Gowa Swara Nusantara, dan PT. Tirta Investama. 

Purwanto selaku Kepala Desa Delanggu, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang terlibat. Purwanto menekankan pentingnya pelestarian budaya agraris yang menjadi jantung kehidupan masyarakat Desa Delanggu. “Kami sangat berterima kasih atas dukungan semua pihak, terutama UNS yang selama ini telah memberikan kontribusi dalam membantu mengembangkan potensi pertanian desa kami. Harapan kami, kolaborasi ini akan terus terjalin di masa depan,” ujar Purwanto.

Sementara itu, Dody Ariawan, selaku Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni UNS, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap Desa Delanggu yang dikenal sebagai salah satu penghasil beras berkualitas tinggi di Indonesia. Dody juga menegaskan komitmen UNS dalam mendukung pengembangan pertanian dan pariwisata lokal melalui program pengabdian masyarakat. “Delanggu adalah simbol dari kekayaan agraris Indonesia, dan kami bangga bisa berperan dalam membantu masyarakat untuk memajukan sektor pertanian dan pariwisata,” ujar Dody.

Festival ini juga merupakan bagian dari Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK) yang diinisiasi oleh mahasiswa KSP “Principium” FH UNS. Muhammad Rustamaji, selaku Dosen Pendamping, mengungkapkan bahwa program ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke masyarakat. “Kami senang sekali program ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi Desa Delanggu. Salah satu pencapaian terbesar kami adalah masuknya program ini ke dalam ABDIDAYA, yang merupakan penganugerahan  di tingkat nasional terhadap pengabdian masyarakat unggulan,” kata Rustamaji.

Selain renovasi sanggar seni sebagai pusat kegiatan kebudayaan, PPKO juga berhasil mengembangkan paket wisata berbasis budaya dan pertanian dengan menggandeng masyarakat lokal. Paket wisata ini dirancang untuk memperkenalkan kekayaan sejarah dan tradisi agraris Delanggu kepada wisatawan.

Pada kesempatan yang sama, perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Joko Winarno, menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif living museum Omah Rojolele ini. Beliau menekankan bahwa program PPK mampu mendorong pengembangan SDM dan potensi wisata lokal. “Kami melihat potensi besar dari inisiasi living museum Omah Rojolele dalam balutan Festival Mbok Sri Desa Delanggu. Saya berharap sektor pariwisata ini dapat berkembang lebih pesat, sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.

Salah satu momen penting dalam Festival Mbok Sri tahun ini adalah penandatanganan kerja sama strategis antara beberapa pihak, di antaranya penandatanganan kerja sama antara Fakultas Hukum UNS dengan BAPERRIDA Klaten, yang berfokus pada pengembangan dan perlindungan hukum terkait sektor pariwisata dan agraris di Desa Delanggu dan sekitarnya.

Selanjutnya ada pula penandatanganan kerja sama antara Desa Delanggu dengan Ormawa KSP “PRINCIPIUM”. Kerja sama ini menandai kolaborasi dalam penguatan kapasitas masyarakat desa melalui pengembangan potensi pariwisata berbasis budaya lokal. Berdasarkan kedua kerja sama tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal dalam aspek hukum, sosial, ekonomi, dan pariwisata.

Festival juga diisi dengan berbagai acara simbolis yang menekankan kekayaan tradisi dan budaya Delanggu. Salah satunya adalah prosesi pemotongan tumpeng yang menjadi simbol rasa syukur dan harapan untuk kesuksesan festival serta kemajuan desa. Acara ini diikuti dengan penyerahan vandel sebagai bentuk penghargaan kepada mitra-mitra yang telah berkontribusi dalam menyukseskan festival. Penyerahan vandel dilaksanakan oleh Fakultas Hukum UNS kepada BAPERRIDA.

Salah satu sorotan festival ini adalah tour Omah Rojolele, yang memperkenalkan pengunjung pada sejarah agraris Delanggu, khususnya varietas padi Rojolele yang menjadi ikon desa dalam bentuk living museum. Dalam tur ini, pengunjung diajak melihat secara langsung mural sejarah proses pertanian serta melihat peralatan tradisional yang digunakan pada proses pengolahan lahan persawahan dari awal hingga menjadi beras siap konsumsi.

Festival Mbok Sri #7 membuktikan bahwa budaya dan sektor agraris dapat bersinergi menjadi fondasi kuat bagi pengembangan desa yang berkelanjutan. Melalui kerja sama yang kuat antara pemerintah, akademisi, dunia bisnis, mahasiswa, dan masyarakat, Desa Delanggu diharapkan terus berkembang, tidak hanya sebagai pusat agraris, tetapi juga sebagai destinasi wisata budaya yang sangat menarik. Rangkaian acara ini juga menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan lokal bagi masa depan yang lebih baik. Dalam rangkaian festival ini, PPK Ormawa KSP “Principium” FH UNS berhasil menyukseskan Launching Omah Rojolele, memperkuat upaya pelestarian budaya agraris dan pengembangan potensi wisata desa.


Leave a Reply